Menggapai Impian Menjadi Kenyataan


Jum'at 7 Agustus 2020 adalah hari ke tiga belajar di kelas menulis gelombang 15. Tak sabar rasanya ingin segera berjumpa (walaupun hanya di WA grup)dan menimba ilmu dari sosok, muda, cantik yang sarat dengan segudang prestasi. Cikgu Tere nama panggilan narasumber hari ini, sedangkan nama asli beliau adalah Theresia Sri Rahayu. 
Dan kelas akan dipandu oleh Mr. Bams sebagai moderator. 

Cikgu Tere adalah seorang guru sekolah dasar. Beliau dilahirkan di Kuningan pada tanggal 13 September 1984.Saat ini beliau bertugas di SDN Waihibur, kabupaten Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dengan mottonya Belajar, belajar dan belajar telah menghantarkan beliau memenangkan berbagai lomba mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat internasional. Kepada segenap peserta belajar menulis gelombang 15 Cikgu Tere berkenan membagikan ilmu dan pengalaman beliau dalam menulis buku dalam waktu yang lumayan singkat. Ya, hanya satu minggu. 

Menurut Cikgu Tere setiap orang dalam hidupnya pasti memiliki impian yang besar, namun tidak semua orang berhasil mewujudkannya. Kuncinya adalah segera bangun dan wujudkan impian. Dan salah satu mimpi besar beliau adalah menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Siapa sangka berkat kerja keras dan kegigihannya dalam menulis akhirnya mimpi beliau dapat terwujud. 

Semua berawal ketika Cikgu Tere menjadi peserta Belajar Menulis gelombang ke 4 asuhan Om Jay dan tim narasumber. Suatu ketika salah seorang narasumber yang bernama Prof. Richardus Eko Indrajit memberikan tantangan kepada semua peserta Belajar menulis gelombang 4. Menurut Cikgu Tere, materi yang disampaikan Prof. Eko ( panggilan Prof. Richardus Eko Indrajit) sangat menarik sehingga Cikgu Tere sangat antusias untuk mengikuti tantangan yang diberikan oleh narasumber. Tantangannya yaitu menulis buku dalam waktu satu minggu. Sebagai narasumber saat itu Prof Eko melelang topik bukunya dan meminta Cikgu Tere dan peserta lainnya untuk memilih salah satu topik dan langsung menuliskan nama peserta. 

Saat itu ada banyak topik yang diberikan. Topik- topik tersebut terdapat pada channel youtube narasumber, yaitu Ekoji Channel yang setiap hari melakukan live seminar dengan berbagai topik yang sangat menarik. Cikgu Tere merasa penasaran dengan salah satu topik yaitu Ubiquitous Learning, dan beliau pun langsung membuka channel youtube Prof Eko, dan menyimak materi terkait topik tersebut. Tidak menunggu lama, keesokan harinya Cikgu Tere langsung mendaftarkan namanya untuk menjadi penulis buku. 

Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Cikgu Tere pada saat itu. Beliau langsung menyusun Outline dan berkomunikasi langsung dengan Prof Eko. Dan, di luar ekspektasi Cikgu Tere, Prof Eko langsung membaca dan melihat pengajuan judul serta outline yang Cikgu Tere serahkan. Saat itu judul buku Cikgu adalah "Belajar Semudah Klik, Membangun Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. " Prof Eko pun menambahkan satu kata yaitu Ekosistem. Sehingga judul buku Cikgu Tere menjadi Belajar Semudah Klik, Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Outline yang Cikgu Tere berikan saat itu hanya 3 bab. "Wah keren. Saya jadi penulis ke dua, ya" Kata Prof Eko. 

Yang lebih membuat Cikgu Tere terharu adalah ketika Prof Eko membuatkan cover buku Cikgu Tere. Kata Prof Eko sih untuk memotivasi guru guru yang lain.

Setelah itu Cikgu Tere dan peserta yang lain bergabung dalam satu grup WA yaitu Menulis Bersama Prof Eko. Dalam grup ini Cikgu Tere dan peserta yang lain saling memotivasi agar dapat menyelesaikan tantangan menulis dalam seminggu. Saat itu grup tersebut beranggotakan 20 orang termasuk Prof Eko. 
Cikgu Tere merasa sangat bersyukur karena dipertemukan dengan rekan rekan penulis dari berbagai daerah dan mereka adalah guru serta dosen yang menyatakan kesanggupan menulis dalam waktu satu minggu. Jujur saja waktu itu Cikgu Tere merasa takut ketika Prof Eko mengatakan bahwa tanggal 25 April seluruh peserta akan melakukan presentasi karya. Ini berarti draft buku Cikgu Tere harus segera selesai. Sedangkan saat itu semua sedang ada pada masa pandemi, bahkan sampai saat ini di daerah Cikgu Tere tidak memungkinkan untuk pembelajaran online. Sehingga Cikgu Tere harus menyusun LKS dan melakukan kunjungan ke rumah siswa. 
Waah... bisa dibayangkan bagaimana kesibukan Cikgu Tere pada saat itu, disamping tugas utama sebagai ibu rumah tangga. 

Akhirnya tanggal 25 April Cikgu Tere dan peserta yang lain bertemu secara virtual. Dan satu persatu bergantian mempresentasikan karya mereka. Dan pada akhir kegiatan Prof Eko menyampaikan perubahan yang harus peserta lakukan, diantaranya: jenis huruf menggunakan verdana, ukuran 10, spasi tunggal, ukuran kertas A5, lalu lengkapi dengan index dan daftar pustaka dibuat otomatis. Minimal 100 halaman dan jumlah bab paling sedikit 5 bab. 


Dan,setelah dilayout jumlah halaman buku cikgu Tere hanya mencapai 60 halaman. Jadi PR Cikgu Tere sangat banyak, disamping itu cikgu Tere juga harus belajar cara membuat index dan daftar pustaka serta daftar isi otomatis. 
Namun seperti kata orang, terlanjur basah ya sudah mandi sekalian. Cikgu Tere pun segera mencari tambahan 2 bab dan menulis lagi sampai di atas 100 halaman. 

Lalu bagaimana cara Cikgu Tere membagi waktu? 
Menurut Cikgu Tere, saat itu beliau mengatakan kepada suaminya agar membantu beliau menyelesaikan penulisan buku. Jadi, suami Cikgu bertugas menjaga anak mereka yang baru berusia 3,5 tahun dan mengajaknya bermain di luar saat Cikgu mau menulis. 
Malam hari, ketika suaminya dan anaknya sudah tidur, Cikgu Tere kembali melanjutkan menulis. Lalu bangun pagi sebelum beraktivitas di dapur, cikgu Tere juga sempatkan diri untuk menulis. Akhirnya Cikgu Tere berhasil menyelesaikan naskah buku beliau. 
Setelah naskah selesai kemudian Cikgu Tere menyerahkan naskah tersebut kepada Prof Eko. 
Perasaan Cikgu Tere saat itu gelisah sampai tidak bisa tidur nyenyak. 


Hari - hari yang ditunggu pun tiba, setelah mendengarkan paparan dari Penerbit Andi, akhirnya naskah Cikgu dinyatakan diterima dan akan diterbitkan oleh Penerbit Andi. Pada tanggal 3 Juli penantian panjang Cikgu Tere berbuah hasil yang manis. Beliau menerima proof ( naskah buku yang sudah dilayout tapi belum dijilid) naskah buku berikut lampiran surat perjanjian penerbitan dari Penerbit Andi. 

Setelah itu Cikgu Tere meminta desain pre order. Dan buku bersejarah itu pun siap untuk menjadi bukti bahwa peserta belajar menulis bisa menerbitkan buku dari Penerbit Mayor. 

Demikian paparan materi belajar menulis hari ke 3. Semoga bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk diri saya. 


Terimakasih Cikgu Tere. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awalnya terpaksa akhirnya MAU

Pengalaman Pertama Menulis di blog